Wednesday, October 18, 2017

Someone Perfect To Love

Minggu lalu, tepat sebelum siaran Sasuga, saya mendapatkan opesan dari mantan tunangan saya. Rupanya sebuah pemberitahuan bahwa dia akan menikah. Tiba-tiba entah kenapa air mata saya jatuh begitu saja. Bukan karena menyesal, bukan karena sedih, bukan karena masih sayang. Tapi, entah mengapa. Mungkin karena kita sudah sangat lama menjalin hubungan dengan banyaknya perbedaan di antara kita. Tapi saya sangat mengapresiasi kebesaran hatinya untuk memberitahu saya tentang kabar itu. Dan dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya mengucapkan selamat kepadanya dan calon istrinya, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah.

Satu hal yang mantan saya pesankan pada saya, mungkin ini yang membuat saya menangis malam itu adalah "you are not anyone's cup of tea, kamu harus mulai memikirkan dirimu sendiri, bukan memikirkan orang lain terus". Mungkin memang sudah satnya aku lebih memikirkan diriku sendiri dan kebahagiaanku sendiri, pikir saya seusai siaran. But the point is, bahwa kita memang harus melanjutkan hidup. Dia saja bisa segera menemukan pengganti saya, kenapa saya selalu menarik ulur beberapa pria yang mengajak serius hubungan dengan saya, dengan alasan takut untuk menjadi tidak bahagia, takut dengan omongan orang lain, takut dengan banyak hal. Mantan saya benar, bahwa saya memang harus bahagia dengan semua hal, termasuk juga berdamai dengan masa lalu dan ketidaksempurnaan saya.

Dan Tuhan menganugerahi saya dengan banyak sekali teman-teman baru yang sangat menyenangkan. Membuat hidup saya semakin berwarna di tengah kesulitan-kesulitan hidup yangs edang saya alami. Teman-teman yang membuat saya tertawa, yang menyayangis aya seperti ini, dan yang menjadi tempat sampah saya ketika PMS. Dan itulah yang saya syukuri sampai saat ini. Dilla dan Dida, salah dua sahabat terbaik saya yang saya miliki saat ini. Kepada mereka berdualah semua emosi dan perasaan saya curahkan. Kepada mereka berdualah masa lalu terkelam saya saya ceritakan. Dan kepada mereka berdualah, masa slalu saya yang paling cadas pun saya utarakan. Begitupun dengan mereka berdua. Setidaknya, bagi saya yang sempat menjadi seorang misanthrope dan hating people, adanya mereka berdua membuat saya berani untuk jujur siapa saya sebenarnya tanpa adanya topeng diantara kita.

Di usia saya yang sudah tidak muda lagi ini, banyak sekali membuat saya setidaknya bersyukur bahwa saya masih diberi kesempatan untuk hidup. mengingat kecelakaan besar tepat 7 tahun yang lalu, membuat saya seharusnya lebih bijak lagi dalam memaknai hidup. Ya, tulisan ini saya buat memperingati hidup kedua saya pasca kecelakaan. sebagai reminder bahwa perjuangan hidup saya masih panjang. tentang banyaknya kesulitan yang sedang saya hadapi, yaitu tentang kekecewaan saya terhadap dosen saya sendiri, sempat membuat saya stress berat, sekarang saya hadapi dengan acuh. Seburuk-buruknya prestasimu, dunia ini akan selalu membutuhkanmu, begitu kata-kata teman lama saya, Karintus, yang diucapkannya kepada saya dan teman saya, Yusron.

Saya adalah tipe orang yang santai, begitu kata teman-teman. Namun dibalik itu, saya memang selalu menyiapkan berbagai kemungkinan, dan kemungkinan terburuk adalah sesuatu hal yang selalu saya pikirkan. Kenapa? Karena saya bisa berfikir untuk banyak rencana tambahan apabila saya tidak bisa melaksanakan rencana utama saya. Itulah yang menjadikan saya menjadi terlalu santai. Tapi, hal itu pula yang mengajarkan saya untuk memaknai hidup. Dan bahwa hidup ini memang amat sangat indah dan punya banyak sekali kemungkinan untuk kita menjalani hidup.

Seperti jodoh, kita memang harus bertemu dengan banyak sekali orang untuk membuat kita menjadi pribadi yang seperti itu. Seperti saya, yang harus dibuli banyak orang termasuk oleh anak-anak dosen dan orang kaya (saya mah masih miskin), agar saya menjadi orang yang kuat, dan saya tidak boleh menjadi orang yang seperti itu, dan anak saya juga tidak boleh menjadi orang yang seperti itu. Saya, tadinya sering mengutuk takdir, sekarang menjadi lebih sadar bahwa Tuhan tidak sedang menghukum saya, tapi Tuhan justru sedang mempersiapkan saya untuk menjadi orang yang lebih hebat lagi. Mungkin bukan saya, tapi bisa jadi anak-anak saya. Terima kasih saya untuk mas Fikri yang melontarkan kata-kata itu. Kita tidak akan pernah tahu bahwa kita akan berjodoh dengan siapa saja. Dan saya juga tidak pernah tahu bahwa akan berjodoh dengan mas Fikri bulan lalu, dan dia banyak sekali memberikan nasehat tanpa harus menggurui saya, I love that style.

Seperti itu pula cinta. banyak yang memasuki kehidupan saya, hanya untuk main-main atau untuk serius. Dan saya pun menanggapinya main-main atau serius. Seperti pasca saya putus dengan mantan saya, ada yang datang kepada saya, tapi ternyata ketika saya tanya untuk serius, dia kabur. lah??? Kemudian ternyata dia sudah mau menikah dengan orang. Wealah, untung. Ada pula yang saya sempat gantungkan, ada pula yang mengajak taaruf, sekali lagi, saya belum siap untuk menikah. Karena banyak sekali pikiran-pikiran jahat menghantui saya. Tapi, saat ini, mungkin memang saya sudah seharusnya melepaskan itu semua. Dan memilih seseorang untuk tinggal dan menetap bersama. Seseorang yang bisa saya pikirkan satu2nya, dan tentu saja memikirkan saya. Seperti penggalan lagu baru David Arculeta, "you are the biggest reason that I had to learn to love".


Dan Tuhan memang selalu membuat rencana indah untuk hambanya. Dan kita, tak akan pernah tahu seperti apa skenario indah tersebut. yang aku tahu, bahwa kita harus bersyukur, karena rencananya adalah hal yang lebih indah dari rencana kita. Soal jodoh mah, berharapnya kamu, iyaaa kamu. Seorang yang Tuhan kirimkan untuk melengkapi ketidaksempurnaanku dan menjadikan kita sempurna.


EmoticonEmoticon