Saturday, February 28, 2015

The Power of Lambe: Menelisik Cita Citata

Cita Citata. Nama ini seakan2 menghiasi seluruh ingfotainment dan kabar media akhir2 ini. Meskipun saya juga ga pernah nonton TV Indonesia. Tapi tiap kali buka yahoo, pasti nama Cita Citata dan kasus2nya menghiasi lembar pertama. Berikut adalah daftar kasus Cita Citata yang sempat saya lihat.

1. Lagu Sakitnya tuh Disini yang begitu populer
2. Dekat dan digosipkan pacaran dengan Ivan Gunawan
3. Mengaku single dan ingin menikah di usia 25 tahun
4. Digugat cerai oleh suaminya
5. Ucapannya menyinggung orang Papua
6. Aibnya dibuka, katanya pernah kumpul kebo dan aborsi

Lihat, betapa dahsyatnya media. Belum satu tahun lamanya dia bangkit dari 1 gosip, sudah harus ditepa gosip yang lain. Saya bilang sih...berat lho itu

Cita berumur baru saja 20 tahun di 2014. Sudah harus mengalami pernikahan yang seumur jagung, diterpa gosip seperti itu berkali2. Coba bayangkan jika kita yang ada diposisinya? Apakah kita kuat?

Saya, umur 20 tahun, dibenci hampir semua wanita satu fakultas gara2 1 orang cowok aja sudah stres lho. Ini se Indonesia gosipnya. Semua orang tahu, beberapa mengecam, beberapa membela. Namun pernahkah terlintas sedikit saja tentang keadaan psikologisnya?

Katakanlah misalkan berita itu benar. Cita pernah kumpul kebo, diusia muda, hingga hamil dan aborsi. Jika sekarang Cita berumur 20 tahun, maka kejadian tersebut pastilah jauh sebelum dia ngetop. Taruhlah 16 tahun. Tidak usah menutup mata, saya yakin di sekitar kita tinggal pastilah banyak kasus seperti itu. Lalu, bagaimana??? Apa yang terjadi?? Malu, itu pasti. Namun hidup harus terus berlangsung bukan?

Cita Citata.png

Maka untuk menyambung hidup, pastilah Cita berjuang sekuat tenaga untuk menjadi orang yang lebih baik. Salah satunya dengan menyanyi. Akhirnya perjuangannya berhasil, dia jadi terkenal. Ada pihak yang iri, dan dibukalah aib2nya.

Ya Tuhan....betapa sulitnya melupakan dan berusaha keluar dari masa lalu itu, mengapa harus terus diungkit? Cita sudah pasti ingin kehidupan yang lebih baik. Dia berusaha untuk hidup yang lebih menyenangkan dan bermakna.

Saya pernah bertanya pada salah seorang teman saya waktu saya kuliah D3 dulu. Mungkin nasibnya hampir sama dengan Cita, bedanya, kelas menyanyinya masih regional. Dia berkuliah di jurusan seni, dengan uang hasil jerih payahnya menyanyi dan menyinden. Dia pernah berkata seperti ini:

" Susah untuk menghilangkan cap -bukan perempuan baik2- jika kita sudah sekali saja melakukan seperti itu (hamil di luar nikah dan aborsi). Apa yang bisa kita lakukan? Kalau tidak dengan menaikkan derajat kita sendiri. Aku peye (job - nyanyi, nyinden-) mbok tiap hari sampe berdarah2, kuliah sampai s2 gini dengan duit sendiri pun orang ga akan pernah bisa merubah pikiran jelek padaku. Kecuali suatu saat aku bikin sebuah karya yang benar2 bisa dihargai banyak orang, itu pun aku juga masih ga berani jamin mereka bisa menerima aku dengan prestasiku. "

Saat itu aku hanya terdiam dan mengamati dia sedang menjahit baju kebayanya.

Cita mungkin juga berfikiran seperti itu.

Yang bejat bukanlah Cita, tapi media.

Media itu kejam. Wartawan itu lebih kejam dari begal.

Memang benar, wartawan menulis berita untuk makan. Memang benar jurnalis itu pekerjaan yang halal. namun, apakah dengan mengorbankan kehidupan orang lain seperti itu juga tidak berdosa? Bagaimana kalau kita balik, suatu saat, kita kulih kehidupan para wartawan. Kita ganti sebar ke infotainment. Mampukah dia menghadapi??

Lidah memang senjata paling tajam. Namun setiap kali, tanganlah yang bekerja, mata yang melihat, telingan yang mendengar, dan otak yang memerintah. Organ2 ini sangat hebat untuk untuk membungkam hati nurani.

Apa tidak bisa wartawan itu menyebarkan dan mem-boost berita tentang penemuan ilmiah? tentang kegiatan kelompencapir? tentang kegiatan lainnya yang bermanfaat?? Bukankah itu lebih baik??







EmoticonEmoticon